I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas,pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya
dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.
Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan
bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain,
yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Ada
beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1.
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki
4 unsur pokok, yaitu:
·
alat-alat teknologi
·
sistem ekonomi
·
keluarga
·
kekuasaan politik
2.
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang
meliputi:
·
sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama
antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
·
organisasi ekonomi
·
alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas
untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
·
organisasi kekuatan (politik)
Tujuan
Selain untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Teori Organisasi Umum 1 (softskill) saya ingin menambah
pengetahuan serta berbagi pengetahuan tentang Kalimantan dan suku dayak.
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Dayak atau Daya adalah kumpulan/federasi dari berbagai
subetnis Austronesia yang dianggap sebagai pendatang awa yang mendiami Pulau Kalimantan (Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak, serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan
Selatan).
Budaya masyarakat Dayak adalah Budaya Maritim atau bahari. Hampir semua nama
sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan
"perhuluan" atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama
kekeluargaannya. Suku bangsa Dayak terdiri atas enam Stanmenras atau rumpun
yakni rumpun Klemantan alias Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau, rumpun Murut, rumpun
Ot Danum-Ngaju dan rumpun Punan.
2.
Kesenian Suku Dayak
1.
Seni Tari
Dayak
Dalam seni tari Dayak, dikenal beragam tari Dayak dengan
gerakan yang eksotik dan memukau. Lewat gerakan para penari Dayak yang biasanya
diiringi dengan tetabuhan yang khas, unsur ritmis yang berpadu serasi menjadi
sebuah seni penuh makna. Jenis-jenis tari Dayak yang cukup sering ditampilkan
di depan umum,di antaranya:
a.
Tari Gantar.
Tarian ini menggambarkan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan
kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian di dalamnya menggambarkan benih
pada dan wadahnya. Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam
penyambutan tamu dan acara-acara lainnya. Tarian ini tidak hanya dikenal oleh
suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat
dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar
Senak/Gantar Kusak.
b.
Tari Kancet
Papatai/Tari Perang
Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penarinya. Dalam tarian ini, penari mempergunakan pakaian tradisional suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tarian ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.
c.
Tari Serumpai
Ini merupakan tarian dari suku Dayak Benuaq yang dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian ini diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).
d.
Tarian Belian Bawo
Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tarian ini sering disajikan pada acara-acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian dari suku Dayak Benuaq.
e.
Tari Kuyang
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon besar dan tinggi agar tidak menggangu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.
f.
Tarian Pecuk Kina
Trian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.
g.
Tarian Datun
Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.
h.
Tarian Baraga’Bagantar
Awalnya Baraga’Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benua.
Seni
musik memegang peranan penting dalam hidup keseharian SukuDayak, terlebih
dimasa dahulu. Pewarisan budaya yang lebih dikenal denganistilah Tetek Tanum,
terkadang menggunakan kecapi sebagai sarana. TetekTanum adalah cara bercerita
dengan kalimat berirama tentang asal usulnenek moyang, sejarah masa
lalu suku, tentang kepahlawanan padagenerasi penerus.Dalam setiap upacara
adat, pesta pernikahan, acara kematian, suara musikdalam bentuk Gandang
Garantung. Musik Gandang Garantung adalahgabungan dari suara beberapa alat
musik yaitu buah gandang atau kendang yang dimainkan oleh satu orang.
Garantung atau gong berjumlah lima buah,tiga gong dimainkan oleh seorang
dan dua lainnya dimainkan oleh orang yang berbeda.Pada umunya Suku
Dayak gemar melantunkan ungkapan hati danperasaan , kisah-kisah kehidupan
dan kepahlawanan sukunya dengan kalimat berirama. Ekspresi kalimat yang
dilantunkan dengan irama laguberbeda, misaknya Sansana Kayau memiliki
irama lagu tertentu, begitu pula Mohing Asang, Ngendau dan sebagainya. Namun
dari awal hingga akhir irama tersebut monoton dan diiringimusik kecapi.
Nyaris dalam setiap upacara adat dilengkapi dengan tradisi tersebut.
a.
Mansana
Kayau
Mansana Kayau ialah kisah kepahlawanan yang dilagukan.
Biasanya dinyanyikan bersaut-sautan dua sampai empat orang, baik
perempuanataupun laki-laki.
b.
Mansana
Kayau Pulang
Mansana Kayau pulang ialah kisah yang dinyanyikan pada waktu
malamsebelum tidur oleh para orang tua kepada anak dan cucunya denganmaksud
membakar semangat anak turunannya untuk membalas dendamkepada Tambun
Bupati yang telah membunuh nenek moyang mereka.
c.
Karungut
Karungut ialah sejenis pantun yang dilagukan. Dalam
berbagai acarakarungut sering dilatunkan, misalnya pada acara penyambutan tamu
yangdihormati. Salah satu ekspresi kegembiraan dan rasa
bahagia diungkapkandalam bentuk karungut. Terkadang ditemukan perulangan
kata pada akhirkalimat namun terkadang juga tidak. Untuk mengamati cara
tutur orangDayak dalam mengekspresikan perasaan mereka, maka terjemahan
dalamBahasa Indonesia dibuat dalam sebagaimana adanya kata per kata.
d.
Karunya
Karunya ialah nyanyian yang diiringi suara musik sebagai
pemujaankepada Ranying Hatala.Dapat juga diadakan pada saat
upacarapengangkatan seorang pemimpin mereka atau untuk menyambutkedatangan
tamu yang sangat dihormati.
e.
Baratabe
Baratabe ialah nyanyian untuk menyambut kedatangan pada
tamu.
f.
Salengot
Salengot ialah pantun berirama yang biasa
diadakan pada pestapernikahan, namun dalam upacara kematian Salengot terlarang
oleh adatuntuk dilaksanakan. Salengot khusus dilakukan oleh laki-laki
dalammenceritakan riwayat hingga berlangsungnya pernikahan
kedua mempelaitersebut.
Alat musik yang biasa terdapat di dalam kebudayaan
Suku Dayak adalahsebagai berikut :
1. Garantung
Garantung adalah gong yang terdiri dari 5 atau 7 buah,
terbuat daritembaga.
2. Sarun
Sarun ialah alat musik pukul yang terbuat dari besi atau
logam. Bunyi yang dihasilkan hanya lima nada.
3. Salung
Salung sama dengan Sarun, tetapi Salung terbuat dari bambu.
4. Gandang Mara
Gandang Mara ialah alat musik perkusi sejenis gendang
dengan ukuransetengah sampai tiga per empat meter. Bentuki silinder yang
tewrbuatdari kayu dan pada ujung permukaan di tutup kulit rusa yang telah
dikeringkan. Kemudian di ikat rotan agar kencang dan lebih kencang lagi di
beri pasak.
3.
Rumah Adat Suku Dayak
Rumah
Betang adalah rumah adat khas
Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan, terutama di daerah
hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak, dimana sungai
merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan berbagai
mobilitas kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja ke ladang dimana ladang
suku Dayak biasanya jauh dari pemukiman penduduk, atau melakukan aktifitas
perdagangan (jaman dulu suku Dayak biasanya berdagang dengan menggunakan system
barter yaitu dengan saling menukarkan hasil ladang, kebun maupun ternak).
Bentuk dan
besar rumah Betang ini bervariasi di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang
mencapai panjang 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang di
bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari
tanah. Tingginya bangunan rumah Betang ini saya perkirakan untuk menghindari
datangnya banjir pada musim penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu
sungai di Kalimantan. Beberapa unit pemukiman bisa memiliki rumah Betang lebih
dari satu buah tergantung dari besarnya rumah tangga anggota komunitas hunian
tersebut. Setiap rumah tangga (keluarga) menempati bilik (ruangan) yang di
sekat-sekat dari rumah Betang yang besar tersebut, di samping itu pada umumnya
suku Dayak juga memiliki rumah-rumah tunggal yang dibangun sementara waktu
untuk melakukan aktivitas perladangan, hal ini disebabkan karena jauhnya jarak
antara ladang dengan tempat pemukiman penduduk.
Lebih dari
bangunan untuk tempat tinggal suku dayak, sebenarnya rumah Betang adalah
jantung dari struktur sosial kehidupan orang Dayak. Budaya Betang merupakan cerminan
mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari orang Dayak. Di dalam rumah
Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga dan masyarakat secara
sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat.
Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagi makanan, suka-duka
maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang menonjol
dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan (komunalisme) di
antara para warga yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang
mereka miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku Dayak adalah suku yang
menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai perbedaan etnik, agama
ataupun latar belakang sosial.
4.
Tradisi
Penguburan
Tradisi penguburan
dan upacara adat kematian pada suku bangsa Dayak diatur tegas dalam hukum adat.
Sistem penguburan beragam sejalan dengan sejarah panjang kedatangan manusia di Kalimantan. Dalam sejarahnya terdapat tiga
budaya penguburan di Kalimantan :
- penguburan tanpa wadah dan tanpa bekal, dengan
posisi kerangka dilipat.
- penguburan di dalam peti batu (dolmen)
- penguburan dengan wadah kayu, anyaman bambu, atau
anyaman tikar. Ini merupakan sistem penguburan yang terakhir berkembang.
- wadah (peti) mayat bukan peti mati : lungun
selokng dan kotak
- wadah tulang-beluang : tempelaaq (bertiang
2) dan kererekng (bertiang 1) serta guci.
1.
lubekng (tempat lungun)
2.
garai (tempat lungun, selokng)
3.
gur (lungun)
4.
tempelaaq dan kererekng
Pada umumnya terdapat
dua tahapan penguburan:
- penguburan tahap pertama (primer)
- penguburan tahap kedua (sekunder).
Penguburan
primer
- Parepm
Api (Dayak
Benuaq)
- Kenyauw (Dayak Benuaq)
Penguburan
sekunder
Penguburan sekunder
tidak lagi dilakukan di gua. Di hulu Sungai Bahau dan cabang-cabangnya di
Kecamatan Pujungan, Malinau, Kalimantan Timur,
banyak dijumpai kuburan tempayan-dolmen yang merupakan peninggalan megalitik.
Perkembangan terakhir, penguburan dengan menggunakan peti mati (lungun) yang
ditempatkan di atas tiang atau dalam bangunan kecil dengan posisi ke arah
matahari terbit.
Masyarakat Dayak
Ngaju mengenal tiga cara penguburan, yakni :
- dikubur dalam tanah
- diletakkan di pohon besar
- dikremasi dalam upacara tiwah.
Prosesi
penguburan sekunder
- Tiwah adalah prosesi penguburan sekunder pada
penganut Kaharingan, sebagai simbol pelepasan arwah menuju lewu tatau
(alam kelanggengan) yang dilaksanakan setahun atau beberapa tahun setelah
penguburan pertama di dalam tanah.
- Ijambe adalah prosesi penguburan sekunder pada
Dayak Maanyan. Belulang dibakar menjadi abu dan ditempatkan dalam satu
wadah.
- Marabia
- Mambatur (Dayak Maanyan)
- Kwangkai /Wara (Dayak Benuaq)
5.
Upacara Adat Dayak
1.
Upacara Manyanggar
adalah sebuah acara adat yang tujuannya doa keselamatan bagi pelaksanaan suatu
pekerjaan. Dalam acara ini juga ada acara pengusiran terhadap roh jahat yang
berpotensi mengganggu pekerjaan. Menyanggar bisa di artikan sebagai ritual yang
di laksanakan dengan tujuan agar terjadi kehidupan di alam nyata dengan
kehidupan di alam gaib.
Ritual dipimpin seorang mantir adat dengan rapalan doa
dalam bahasa Dayak Ngaju. Aneka bentuk dan jenis makanan tersaji dalam dua buah
tempat yang secara adat disebut samburup.
Ada ayam kampung yang telah dimasak, telur dan ketan,
darah ayam, kue cucur, ketupat, minuman beralkohol. Semuanya diletakkan di atas
nampan yang digantung sebagai persembahan bagi roh-roh di sekitar lokasi proyek
yang mulai dikerjakan. Upacara ini di lakukan sebagai bentuk penghormatan
terhadap alam kehidupan.
2. Upacara Tiwah
Adalah upacara yang berhubungan dengan orang yg sudah
meninggal,yaitu mengantarkan tulang belulang orang mati menuju rumah kecil yang
sengaja di buat untuk meletakan tulang-tulang orang yang sudah
meningggal.rumah ini dinamakan sandung.
Upacara ini bernilai religi yang sangat tinggi,karna
banyak doa yang di panjatkan.
3. Upacara Nyobeng
Adalah upacara yang di laksanankan untuk orang meninggal
juga,namun meninggalnya karna di penggal,jadi upacara nyobeng ini d laksanakan
untuk membersihkan tengkorak kepala yang di penggal tersebut.
III
PENUTUP
Kesimpulan
Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas,pakaian, bangunan, dan
karya seni.
Dayak
adalah kumpulan/federasi dari berbagai subetnis
Austronesia yang dianggap sebagai pendatang awa
yang mendiami Pulau Kalimantan (Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak, serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan
Selatan).
Pada suku dayak terdapat beberapa Upacara adat seperti upacara nyobeng
dan upacara Tiwah. Tata cara penguburan bagi masyarakat dayak dibagi menjadi
dua tahap yaitu penguburan primer dan penguburan sekunder. Nama rumah adat suku
dayak di sebut dengan rumah betang. Suku dayak memiliki banyak kesenian baik
seni musik maupun seni tari.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar