Sabtu, 20 Desember 2014

Indonesia dan Keragaman Tradisi

Indonesia dan Keragaman Tradisi
Indonesia adalah tanah air ku tercinta. Aku bangga dilahirkan di Indonesia karena Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya , tradisi, agama, suku, ras, dan bahasa, namun Indonesia mampu mempersatukan keragaman itu semua.
Dalam tulisan kali ini saya akan membahas beberapa dari sekian banyak tradisi unik di Indonesia.
a.       Ritual Tiwah Suku Dayak (Kalimantan Tengah)
Yang pertama adalah tradisi dari pulau kelahiran ku tercinta, ya Kalimantan. 
Ritual tiwah suku dayak adalah prosesi mengantarkan arwah sanak saudara yang telah meninggal ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari liang kubur menuju sebuah tempat yang bernama Sandung. Tiwah merupakan upacara ritual kematian tingkat akhir bagi masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng), khususnya Dayak Pedalaman penganut agama Kaharingan sebagai agama leluhur warga Dayak.
Sebelum upacara Tiwah diadakan, pertama ada upacara ritual lain bernama Tantulak. Menurut kepercayaan agama Kaharingan, setelah kematian si arwah belum bisa langsung menuju ke surga. Upacara Tantulak diadakan untuk mengawal roh-roh orang mati ke Bukit Mailan, dari situ roh-roh tersebut menunggu untuk berangkat dan bertemu dengan Ranying Hattala Langit, Tuhan mereka sampai kerabat atau keluarga mereka mengadakan upacara ritual Tiwah.
Bukit Mailan bisa dikatan sebagai Alam Rahim, tempat suci dimana manusia hidup sebelum dilahirkan kedunia. Ditempat ini, mereka yang sudah mati akan menunggu sebelum ke surga melalui upacara Tiwah.
Puncak acara tiwah ini sendiri akan menempatkan tulang yang digali dari kubur dan telah dimurnikan melalui ritual khusus ke dalam Sandung. Acara pertama yang diadakan adalah menusuk hewan kurban, kerbau, sapi, dan babi.



b.      Ngaben (Bali)
Ngaben adalah upacara pembakaran atau kremasi jenazah umat Hindu di Bali.Dalam prosesi Ngaben, ketika api mulai disulut, perlahan-lahan kobaran api akan membesar dan mulai berkobar menyulut sosok jenazah.
Lama-kelamaan kobaran api mulai menghanguskan jazadnya yang dipercaya akan melepaskan segala ikatan keduniawian dari orang yang meninggal itu. Bila ikatan keduniawian telah terlepas, maka semakin terbukalah kesempatan untuk melihat kebenaran dan keabadian kesucian Illahi di alam sana.
Beberapa hari sebelum upacara Ngaben dilaksanakan, keluarga dari orang yang meninggal dibantu oleh masyarakat membuat “Bade” dan “Lembu” yang sangat megah yang terbuat dari kayu, kertas warna-warni dan bahan lainnya. “Bade” dan “Lembu” ini merupakan tempat jenazah yang nantinya dibakar.

c.       Tradisi Potong Jari (Papua)
Menangis, mungkin itu yang lakukan saat kita didera kesedihan. Namun, berbeda dengan masyarakat Papua pedalaman, mereka memotong jari mereka sendiri untuk menunjukkan rasa kesedihan mereka. Terdengar sadis memang, namun itulah salah satu bentuk kekayaan budaya kita.
Bagi mereka, tradisi ini disimbolkan sebagai bentuk kesedihan yang mendalam akan kehilangan anggota keluarga yang meninggal. Semakin banyak kita melihat warga Papua pedalaman memotong jarinya maka dapat diartikan telah banyak pula anggota keluarga yang mereka cintai telah meninggal dunia.
Bahkan, masyarakat terdahulu Lembah Baliem, sebuah lembah pegunungan yang cukup terkenal, pernah ada tersingkap kasus dimana seorang ibu yang memotong jari anaknya yang baru lahir dengan cara menggigitnya karena ingin menghilangkan “kesialan” yang selama ini menderanya. Ia percaya dengan ia memotong jari anaknya maka kesialan yang selama ini ia alami dapat hilang.
Dalam sebuah film yang berjudul "di timur matahari" juga terdapat adegan tradisi potong jari ini. yaitu Karena wafatnya sang suami atau ayah dari mazmur, ibunda Mazmur memotong jarinya sebagai tanda duka. Dua hal ini menyebabkan trauma mendalam pada diri si kecil Mazmur. Karena dia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat ayahnya tewas dipanah dan saat ibunya memotong jarinya.

d.      Hombo Batu (Nias)
Fahombo, Hombo Batu atau dalam bahasa Indonesia "Lompat Batu" adalah olah raga tradisional Suku Nias. Olah raga yang sebelumnya merupakan ritual pendewasaan Suku Nias ini banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi objek wisata tradisional unik yang teraneh hingga ke seluruh dunia.Mereka harus melompati susunan bangunan batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm.
Dalam budaya Nusantara zaman dahulu, belum ada keterlibatan latihan fisik layaknya olahraga modern. Suku asli Nusantara umumnya menghubungkan aktivitas fisik dengan praktik kesukuan; umumnya ritual, seni, kebugaran fisik dan bela diri. Tarian perang dan pertempuran ritual pada suku Nusantara menjadi contoh awal dari "ritualisasi" latihan fisik di Indonesia modern. Beberapa ritual suku asli Indonesia sangat mirip dengan olahraga, seperti tradisi fahombo Nias untuk ritual pendewasaan yang mirip dengan lompat gawang dan lompat jauh di atletik.
Di masa lampau, pemuda Nias akan mencoba untuk melompati batu setinggi lebih dari 2 meter, dan jika mereka berhasil mereka akaan menjadi lelaki dewasa dan dapat bergabung sebagai prajurit untuk berperang dan menikah. Sejak usia 10 tahun, anak lelaki di Pulau Nias akan bersiap untuk melakukan giliran "fahombo" mereka. Sebagai ritual, fahombo dianggap sangat serius dalam adat Nias. Anak lelaki akan melompati batu tersebut untuk mendapat status kedewasaan mereka, dengan mengenakan busana pejuang Nias, menandakan bahwa mereka telah siap bertempur dan memikul tanggung jawab laki-laki dewasa.

Batu yang harus dilompati dalam fahombo berbentuk seperti sebuah monumen piramida dengan permukaan atas datar. Tingginya tidak kurang dari 2 meter, dengan lebar 90 cm, dan panjang 60 cm. Pelompat tidak hanya harus melompati tumpukan batu tersebut, tapi ia juga harus memiliki teknik untuk mendarat, karena jika dia mendarat dengan posisi yang salah, dapat menyebabkan cedera otot atau patah tulang. Di masa lampau, di atas papan batu bahkan ditutupi dengan paku dan bambu runcing, yang menunjukkan betapa seriusnya ritual ini di mata Suku Nias. Secara taktis dalam peperangan, tradisi fahombo ini juga berarti melatih prajurit muda untuk tangkas dan gesit dalam melompati dinding pertahanan musuh mereka, dengan obor di satu tangan dan pedang di malam hari.

Hombo Batu sebagai gambar pada  uang 1000

e.      Upacara Rambu Solo, Pemakaman Khas Toraja
Tana Toraja memang terkenal dengan keunikan kebudayaannya. Salah satu budaya Toraja yang unik adalah upacara pemakaman yang disebut Rambu Solo. Rambu Solo adalah suatu prosesi pemakaman masyarakat Tana Toraja, yang tidak seperti pemakaman pada umumnya.
prosesi upacara rambu soloMelalui upacara Rambu Solo inilah, bisa Anda saksikan bahwa masyarakat Tana Toraja sangat menghormati leluhurnya. Prosesi upacara pemakaman ini  terdiri dari beberapa susunan acara. Dimana dalam setiap acara tersebut Anda bisa menyaksikan nilai-nilai kebudayaan yang sampai sekarang masih dipertahankan oleh masyarakat Tana Toraja.

Prosesi Upacara Pemakaman
Secara garis besar upacara pemakaman terbagi kedalam 2 prosesi, yaitu Prosesi Pemakaman (Rante) dan Pertunjukan Kesenian. Prosesi-prosesi tersebut tidak dilangsungkan secara terpisah, namun saling melengkapi dalam keseluruhan upacara pemakaman.
Prosesi Pemakaman atau Rante tersusun dari acara-acara yang berurutan. Prosesi Pemakaman (Rante) ini diadakan di lapangan yang terletak di tengah kompleks Rumah Adat Tongkonan. Acara-acara tersebut antara lain :
-          Ma’Tudan Mebalun, yaitu proses pembungkusan jasad
-          Ma’Roto, yaitu proses menghias peti jenazah dengan menggunakan benang emas dan benang perak.
-          Ma’Popengkalo Alang, yaitu proses perarakan jasad yang telah dibungkus ke sebuah lumbung untuk disemayamkan.
-          Ma’Palao atau Ma’Pasonglo, yaitu proses perarakan jasad dari area Rumah Tongkonan ke kompleks pemakaman yang disebut Lakkian.

Selain itu, Rambo Solo menjadi kewajiban bagi keluarga yang ditinggalkan. Karena hanya dengan cara Rambu Solo, arwah orang yang meninggal bisa mencapai kesempurnaan di Puya. Maka keluarga yang ditinggalkan akan berusaha semaksimal mungkin menyelenggarakan Upacara Rambu Solo. Akan tetapi, biaya yang diperlukan bagi sebuah keluarga untuk menyelenggarakan Rambu Solo tidaklah sedikit. Oleh karena itu, upacara pemakaman khas Toraja ini seringkali dilaksanakan beberapa bulan bahkan sampai bertahun-tahun setelah meninggalnya seseorang.
Bukan meninggal, tetapi sakit
Masyarakat Tana Toraja mempercayai bahwa Rambu Solo akan menyempurnakan kematian seseorang. Oleh karena itu, mereka juga beranggapan bahwa seseorang yang meninggal dan belum dilaksanakan Upacara Rambu Solo, maka orang tersebut dianggap belum meninggal. Orang ini akan dianggap bahkan diperlakukan seperti orang yang sedang sakit atau dalam kondisi lemah.
Orang yang dianggap belum meninggal ini, juga akan diperlakukan seperti orang yang masih hidup oleh anggota keluarganya. Misalnya dibaringkan di ranjang ketika hendak tidur, disajikan makanan dan minuman, dan diajak bercerita dan bercanda seperti biasanya, seperti saat orang tersebut masih hidup. Hal ini dilakukan oleh semua anggota keluarga, bahkan tetangga sekitar terhadap orang yang sudah meninggal ini.
perlengkapan upacara rambu soloMaka untuk menggenapi kematian orang tersebut, pihak keluarga harus menyelenggarakan Rambu Solo. Oleh karena biaya yang tidak sedikit, maka pihak keluarga membutuhkan waktu untuk mengumpulkan dana untuk upacara pemakaman. Biaya untuk menyelenggarakan Upacara Rambu Solo berkisar antara puluhan juta sampai ratusan juta rupiah. Itulah sebabnya mengapa di Tana Toraja orang yang meninggal, baru akan dimakamkan berbulan-bulan setelah kepergiannya.

masih banyak tradisi yang ada di Indonesia yang bisa kita cari sendiri informasinya baik melalui media elektronik, majalah, Koran dan lain-lain. Akhir kata, kita memang berbeda namun bukan untuk dibeda-bedakan. Keberagaman ini semua adalah anugrah yang patut kita hormati, akui,dan kita hargai. Biarlah  tiap-tiap suku bangsa mengembangkan masyarakat dan kebudayaannya. Demi menjaga dan memelihara kesatuan dan persatuan bangsa tercinta yakni Indonesia. Dan tetaplah dengan bangga mengucapkan “Aku Cinta IndonesiaKU”.

referensi :
http://www.indonesia.travel/id
http://www.travelesia.co/2014/04/festival-budaya-unik-indonesia.html

2 komentar:

  1. this your site very very useful for add information and please visit back to ST3 TELKOM

    BalasHapus
  2. selamat bergabung di dunia blogger gan , terus nge-post . terus berkarya ! visit my site too
    ST3 Telkom
    and follow my social media instagram please :
    Jalin Atma

    BalasHapus